Minggu, 03 Februari 2013

.....


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada setiap insan di muka bumi ini. Bahkan, kesehatan menjadi salah satu pilar terlaksananya pembangunan nasional di suatu negara. Akan tetapi, bukanlah hal yang mudah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pada dasarnya, kesehatan masyarakat merupakan interaksi antara faktor-faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (H.L.Blum). Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara semua komponen dalam suatu negara, baik itu pemerintah, swasta, tenaga medis dan masyarakat itu sendiri.
Upaya pendekatan masyarakat yang komprehensif merupakan suatu jalan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, melalui pembinaan perilaku hidup sehat, kesehatan lingkungan, dan meningkatkan sarana pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif tetapi lebih ke arah peningkatan upaya promotif dan preventif.
Secara umum, hal yang menjadi masalah kesehatan di negara- negara berkembang, khususnya di Indonesia yang sampai hari ini belum maksimal mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak yang berkepentingan adalah masih seputar permasalahan dasar seperti buruknya sanitasi lingkungan, dan tidak diterapkannya perilaku hidup sehat oleh masyarakat.
Melihat gambaran masyarakat Indonesia yang menunjukkan tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi, mengindikasikan bahwa masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali penyakit lama seperti malaria dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik contohnya HIV/AIDS, Flu Burung dan Flu Babi; serta belum hilangnya penyakit-penyakit endemis seperti diare, ISPA dan demam berdarah. Keadaan ini diperparah dengan timbulnya berbagai kejadian bencana karena faktor alam seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin puting beliung maupun bencana karena perilaku manusia yang mengakibatkan semakin rusaknya alam seperti banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal.
Sementara kesehatan sebagai hak azasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan mereka. Di samping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus dipromosikan melalui soialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang ada dan melakukan upaya pemecahan masalah.

2.      Tujuan Khusus
1.      Mampu mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan.
2.      Mampu membuat perencanaan berbasis masalah.
3.      Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan.

C.    Manfaat
1.      Mahasiswa :
a.       Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.
b.      Mendewasakan cara berfikir serta meningkatkan daya nalar dalam melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah secara pregmatis ilmiah.
c.       Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan dan memecahkan masalah secara langsung, akan menumbuhkan sifcat profesionalisme dan kepedulian social dalam diri mahasiswa dalam arti peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa kesejawatan.



2.      Masyarakat dan Pemerintah Daerah/Institusi
a.         Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan masalah.
b.        Terbentuknya kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga terjamin kelanjutan upaya pembangunan kesehatan.
c.         Memperoleh manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan program kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.

3.      Perguruan Tinggi
a.       Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dengan proses pembanguan di tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang ada di Perguruan Tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan kesehatan.
b.      Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi serta departemen lain melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang melakukan Praktek Komunitas Lapangan.


















BAB II
TINJAUAN TEORI ISPA

A.    PENGERTIAN ISPA
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.

B.     ETIOLOGI
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.




C.    JENIS – JENIS ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
-        Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
-        Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
-        Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
-        Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
-        Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
-        Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
-        Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
-        Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.




D.    TANDA – TANDA BAHAYA ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
-        Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
-        Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
-        Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
-        Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris ISPA:
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing.




E.     PENATALAKSANAAN KASUS ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
A.    Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
B.     Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan hidung dengan sapu tangan bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
• Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA TN.”S DENGAN DIAGNOSA ISPA
DI DESA LEWINTANA KECAMATAN SOROMANDI

A.          PENGKAJIAN
I.             Identitas Kepala Keluarga
a.   Nama                  : Tn. S
b.   Umur                  :  35 tahun
c.   Jenis kelamin      :  Laki-laki
d.   Suku/bangsa       :  Bima/Indonesia
e.   Pendidikan         :  SMA
f.   Agama                :  Islam
g.   Pekerjaan            :  Petani
h.   Alamat               :  RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
i.    Komposisi keluarga  :
NO
Nama
Umur
Hubungan
Pendidikan
IMUNISASI

Ket
L
P
B
C
G
Polio
DPT
H-B
Cam
Pak
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
1.
2
3

Tn.”S”
Ny.”A”
An.”J”

35

5

30

KK
Istri
Anak

SMA
SMA
Belum sekolah
x
x
 √
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x



Keterangan :
x  : Tidak di kaji
√  : sudah dilakukan





j.        Genogram
 









Keterangan :
                                         : Laki – Laki                                                           : Perempuan   
                                        
                                         : Sudah meninggal                                                  : Klien

                                          : Garis keturunan                                                   : Tinggal
                                                                                                                          Serumah

Ayah klien adalah anak pertama dari empat bersaudara, ibu klien adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Klien adalah anak satu-satunya dari keluarga tersebut dan dia tinggal serumah dengan orang tuanya.

k.       type keluarga : keluarga inti
l.        status social
Tn. S . berpenghasilan sekitar Rp. 750.000 Perbulannya. Dan ada Penghasilan tambahan dari istri yaitu menjual sembako.Tn. s ” & Ny.”A” Hidup masih berkecukupan
m.    Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak memiliki waktu untuk rekreasi bersama istri dan anaknya. Hanya Bercocok tanam Di sawahnya, tetapi hampir setiap hari Keluarga nonton TV.




II.          Riwayat Tahap Perkembangan
1. Tahap perkembangan keluarga : keluarga dg anak usia dini
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi :  tugas keluarga yg belum dapat dicapai saat ini adalah memberi pendidikan yg baik bagi anak.
3. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada penyakit keturunan, bu “ A “ sehat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tn” S ” mengatakan anaknya pernah menderita penyakit ISPA sekitar 6 bulan terakhir.

III.       Keadaan Lingkungan
1.      Karakterisitik rumah :
luas rumah lebar 6 M , panjang 9 M , terdiri 2 kamar tidur,
WC nya memanfaatkan ruang belakang , ruang tamu, dan dapur

-     Type bangunan : lantai dari semen
-     Ventilasi : ventilasi setiap ruangan,  Jendela kamar ada
-     Kebersihan ruang : barang numpuk teratur , masak dengan kompor
-    
 WC
 
Sumber air : sumur bor
-     Denah rumah

Text Box: Kamar
Tidur
 







U                                                                                                                                






2.      Interaksi dengan komunitas
 Aktif kumpul di masyarakat
3.      Sistem pendukung keluarga
Yang merawat An “ J “ hanya istrinya saja, jarak rumah dengan puskesmas 1 KM.

IV.       Struktur Keluarga
1.   Pola Komunikasi Keluarga
Musyawarah, tapi kadang Tn “ S “  suka marah pada istrinya jika tidak patuh
2.   Struktur Peran
Tn “ S ”  merasa tetap sebagai kepala keluarga, Ny” A ” berdagang untuk menopang kekurangan kebutuhan
3.   Norma Keluarga
Menyesuaikan dengan nilai agama yg dianut dan norma yg ada.

V.          Fungsi Keluarga
1.       Fungsi Afektif
Pak “ S “ sering menegur anaknya jika diperingatklan ibunya tidak mau, saling menghormati antar anggota keluarga,
2.      Fungsi Sosial
Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetannggga dan lingkungan Sekitar , hidup berdampingan dan merasa tentram.
3.      Fungsi Keperawatan Kesehatan
Jika sakit mencari bantuan ke pelayanan kesehatan terdekat.
4.       Fungsi reproduksi
Masih ingin punya anak lagi, mengikuti KB, hubungan suami istri masih harmonis.
5.      Fungsi Ekonomi
Penghasilannya mencukupi.
VI.        Stress Dan Koping Keluarga
1.   Stressor yang dimiliki
Tidak ada penyakit yang kronis, hanya ISPA sejak 6 bulan terakhir dan Tn “ S “ tidak mempunyai penyakit keturunan.
2.    Kemampuan keluarga Berespon terhadap stressor
          Tn “ S “ sangat mengharapkan agar anaknya cepet sembuh, Bekerja lebih giat untuk kebutuhan Keluarga
3.   Strategi Koping yang dilakukan
Keluarga menerima ini apa adanya dan selalu bermusyawarah untuk pengambilan keputusan
4.   Strategi adaptasi yang disfungsi
Kadang-kadang Tn “ S “ marah kepada istrinya jika keadaan anaknya kurang baik.
.
VII.    Pemeriksaan fisik
Sasaran terutama pada yang mempunyai maslah kesehatan (sakit) dengan metode Head to toe
VIII. Harapan Keluarga
Berharap bisa hidup dengan tentram, damai,dan keluarga ingin agar hidupnya selalu sehat.

B.            Diagnosis Keperawatan Keluarga
1.       Analisa Data
Data (sign- symptom)
Masalah (P)
Penyebab (E)
DS :
-           Tn “ S “ mengatakan anaknya masih terkena penyakit ISPA sejak  6 bulan terakhir
-          Tn.” S ” Merasa Bosan dengan pengobatan yang terus menerus

DO :
-          barang bertumpuk-tumpuk teratur,lantai tehel ,kotor ,sinar matahari kurang masuk melalui ventilasi,ada debu dll
-           
-          Hasil pemeriksaan fisik : TTV
(1). Suhu                     : 36,5 0C
(2). Tekanan Darah     :100/60 mmHg
(3). Nadi                      : 86 x/menit
(4). Respirasi               : 28 x/menit
Resiko serangan berulang pada  An.” “ J ”.


Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
Lingkungan Yg tidak adekuat .


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan

2. Rumusan Diagnosis Keperawatan
1. Resiko tinggi serangan berulang yang dialami oleh An “ J “ b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
2.  Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada An. ” J  ” berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan.


C.    Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Nama Klien    : An “J”
Alamat            : RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
NO
TUJUAN
KRITERIA
STANDAR
INTERVENSI
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tidak terjadi resiko serangan berulang pada An “ J “ selama di rumah
(boleh jangka pendek dan jangka panjang )

Pengetahuan
Sikap
Psikomotor
Pengetahuan:
keluarga dapat mengetahui apa itu penyakit ISPA

sikap :
Keluarga mampu memutuskan u/menyediakan sarana yg aman

psikomotor :
keluarga memodifikasi lingkungan sehat
1.            Diskusikan tentang penyakit An” J ” pada orang tua
2.            Jelaskan mula datangnya penyakit pada klien
3.            Ajarkan cara menghindari dari penyakit
4.            Bersama keluarga kita anjurkan selalu jaga kesehatan sehingga tidak terjadi resiko serangan berulang pada keluarga Tn” S ”





D.    Implementasi dan evaluasi

Implementasi
Nama Klien    : An “J”
Alamat            : RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
Tanggal dan waktu
No dx
Implementasi
30 desember 2012
I


II
1.            Mendiskusikan tentang penyakit An” J ” pada orang tua
2.            Menjelaskan mula datangnya penyakit pada klien

1.            Mengajarkan cara menghindari dari penyakit ISPA
2.            Menganjurkan kepada klien untuk memelihara lingkungan
3.            Bersama keluarga kita anjurkan selalu jaga kesehatan sehingga tidak terjadi resiko serangan berulang pada keluarga Tn” S ”


Evaluasi
Tanggal dan waktu
No dx
Evaluasi
3 januari 2013
I







II
S : keluarga mengatakkan bahwa masih kurang mengerti tentang penyakitnya
O : lingkungan sekitar rumah sudah tampak bersih
A : implementasi yang dilaksanakan dengan metode ceramah belum dimengert ioleh keluarga , perlu metode lain
P. : berikan pendidikan ulang , dengan metode lain

S : keluarga mengatakkan sudah mengerti tentang cara menghindari penyakit ISPA
O : tampak rumah terasa nyaman dilihat
A : implementasi yang dilaksanakan dapat di terima oleh keluarga Tn “S”
P. : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan PKL (Praktek Komunitas Lapangan) yang telah dilakukan selama 2 minggu baik intervensi fisik maupun non fisik di Desa Lewintana, Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Hasil observasi telah dilaksanakan untuk merencanakan program kerja
2.      Intervensi yang dilakukan yaitu:
1)      Intervensi Non Fisik
a.       Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masing-masing rumah.
b.      Penyuluhan tentang manfaat TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
2)      Intervensi Fisik
a.       Pemeriksaan Kesehatan dan pengobatan gratis.
b.      Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
c.       Pembuatan tong sampah masing-masing RT
d.      Gotong royong setiap hari jum’at
e.       Melakukan pemghijauan
f.       Membuat papan nama ketua RT, RW, dan Kepala Dusun.
3.      Program kerja terlaksana 100 % yaitu 2 program intervensi non fisik dan 6 program fisik

B.     Saran
Ada beberapa hal yang kami sarankan berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan PKL di Desa Lewintana, yaitu :
1.      Perlu adanya intervensi yang berkelanjutan untuk dapat mengembangkan Desa Lewintana "Desa Menuju Sehat" menjadi "Desa Sehat” dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2015.
2.      Perlu ditingkatkan peran serta aktif masyarakat serta organisasi kemasyarakatan yang ada di Desa Lewintana dalam pelaksanaan program kesehatan.
3.      Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bima  agar lebih aktif dalam memantau jalannya program kerja kesehatan di masyarakat dan selalu memperbaharui data kesehatan masyarakat yang dimiliki, agar setiap program kerja yang dibuat relevan dengan masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat.
4.      Petugas puskesmas utamanya petugas kesehatan lingkungan harus lebih aktif menanggulangi masalah-masalah kesehatan, seperti masalah air bersih, SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), tempat sampah, dan lain-lain.
5.      Pemerintah desa lebih peka dalam menanggapi keluhan-keluhan masyarakat, baik mengenai masalah kesehatan maupun masalah-masalah lainnya.
6.      Untuk seluruh komponen masyarakat Desa Lewintana agar lebih memperhatikan kesehatan, baik kesehatan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar