BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan merupakan nikmat dari
Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada setiap insan di muka bumi ini.
Bahkan, kesehatan menjadi salah satu pilar terlaksananya pembangunan nasional
di suatu negara. Akan tetapi, bukanlah hal yang mudah untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Pada dasarnya, kesehatan masyarakat merupakan interaksi
antara faktor-faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas
(H.L.Blum). Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara semua
komponen dalam suatu negara, baik itu pemerintah, swasta, tenaga medis dan
masyarakat itu sendiri.
Upaya pendekatan masyarakat yang
komprehensif merupakan suatu jalan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat, melalui pembinaan perilaku hidup sehat, kesehatan lingkungan, dan
meningkatkan sarana pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif tetapi lebih ke arah peningkatan
upaya promotif dan preventif.
Secara umum, hal yang menjadi
masalah kesehatan di negara- negara berkembang, khususnya di Indonesia yang
sampai hari ini belum maksimal mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak
yang berkepentingan adalah masih seputar permasalahan dasar seperti buruknya
sanitasi lingkungan, dan tidak diterapkannya perilaku hidup sehat oleh
masyarakat.
Melihat gambaran masyarakat
Indonesia yang menunjukkan tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi,
mengindikasikan bahwa masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian
juga dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan
munculnya kembali penyakit lama seperti malaria dan tuberkulosis paru,
merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik contohnya HIV/AIDS,
Flu Burung dan Flu Babi; serta belum hilangnya penyakit-penyakit endemis
seperti diare, ISPA dan demam berdarah. Keadaan ini diperparah dengan timbulnya
berbagai kejadian bencana karena faktor alam seperti gunung meletus, gempa
bumi, tsunami, dan angin puting beliung maupun bencana karena perilaku manusia
yang mengakibatkan semakin rusaknya alam seperti banjir, tanah longsor dan
kecelakaan massal.
Sementara kesehatan sebagai hak
azasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap manusia Indonesia karena
berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi
sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan
berpendapatan rendah dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan
memberdayakan kemampuan mereka. Di samping itu, kesadaran masyarakat bahwa
kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia
juga masih harus dipromosikan melalui soialisasi dan advokasi kepada para
pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang
administrasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi prioritas
masalah kesehatan yang ada dan melakukan upaya pemecahan masalah.
2. Tujuan Khusus
1.
Mampu
mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah kesehatan.
2.
Mampu
membuat perencanaan berbasis masalah.
3.
Mampu
memonitor dan mengevaluasi kegiatan.
C. Manfaat
1. Mahasiswa :
a.
Memperdalam
penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.
b.
Mendewasakan
cara berfikir serta meningkatkan daya nalar dalam melakukan penelaahan,
perumusan, dan pemecahan masalah secara pregmatis ilmiah.
c.
Melalui
pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan dan memecahkan
masalah secara langsung, akan menumbuhkan sifcat profesionalisme dan kepedulian
social dalam diri mahasiswa dalam arti peningkatan keahlian, tanggung jawab,
maupun rasa kesejawatan.
2. Masyarakat dan Pemerintah
Daerah/Institusi
a.
Memperoleh
cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan
masalah.
b.
Terbentuknya
kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga terjamin kelanjutan upaya
pembangunan kesehatan.
c.
Memperoleh
manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan program kesehatan yang
berada di bawah tanggung jawabnya.
3. Perguruan Tinggi
a.
Memperoleh
umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dengan proses pembanguan di
tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu
yang ada di Perguruan Tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata
pembangunan kesehatan.
b.
Meningkatkan,
memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi serta departemen lain
melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang melakukan Praktek Komunitas
Lapangan.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI ISPA
A.
PENGERTIAN
ISPA
ISPA merupakan
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan
meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar
dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng,
bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak
menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Pneumonia
dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
B.
ETIOLOGI
Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik
penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada
sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah,
asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
C. JENIS – JENIS ISPA
Program
Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
-
Pneumonia berat: ditandai secara klinis
oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
-
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh
adanya napas cepat.
-
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis
oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia
Berdasarkan
hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk
golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan
umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
-
Pneumonia berat: diisolasi dari cacing
tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih.
-
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila
tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
-
Pneumonia berat: bila disertai napas
sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak
menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak
menangis atau meronta).
-
Pneumonia: bila disertai napas cepat.
Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau
lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
-
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila
tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
D. TANDA – TANDA BAHAYA ISPA
Pada umumnya
suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala
menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih
tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan
yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda
bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratoris.
-
Pada sistem respiratorik adalah:
tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping
hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing.
-
Pada sistem cardial adalah: tachycardia,
bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
-
Pada sistem cerebral adalah : gelisah,
mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
-
Pada hal umum adalah : letih dan
berkeringat banyak.
Tanda-tanda
laboratoris ISPA:
•
hypoxemia,
•
hypercapnia dan
•
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan
sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan
gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan
adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor,
Wheezing.
E.
PENATALAKSANAAN
KASUS ISPA
Pedoman
penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit
ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
A.
Upaya pencegahan
Pencegahan dapat
dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi
agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan
perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak
berhubungan dengan penderita ISPA.
B.
Pengobatan dan perawatan
Prinsip
perawatan ISPA antara lain :
•
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
•
Meningkatkan makanan bergizi
•
Bila demam beri kompres dan banyak minum
•
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan hidung dengan sapu tangan bersih
•
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
• Bila terserang
pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
• Mengatasi panas (demam) dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman
yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA TN.”S” DENGAN DIAGNOSA ISPA
DI DESA LEWINTANA
KECAMATAN
SOROMANDI
A.
PENGKAJIAN
I.
Identitas
Kepala Keluarga
a. Nama :
Tn. “ S”
b. Umur : 35 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Suku/bangsa : Bima/Indonesia
e. Pendidikan : SMA
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan : Petani
h. Alamat : RT/RW
02/01 Desa Lewintana
Kec. Soromandi
i. Komposisi keluarga :
NO
|
Nama
|
Umur
|
Hubungan
|
Pendidikan
|
IMUNISASI
|
|
Ket
|
|||||||||||
L
|
P
|
B
C
G
|
Polio
|
DPT
|
H-B
|
Cam
Pak
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||||||||
1.
2
3
|
Tn.”S”
Ny.”A”
An.”J”
|
35
5
|
30
|
KK
Istri
Anak
|
SMA
SMA
Belum sekolah
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
√
|
x
x
|
|
Keterangan
:
x : Tidak di kaji
√ : sudah dilakukan
j.
Genogram
Keterangan :
:
Laki – Laki : Perempuan
: Sudah meninggal : Klien
:
Garis keturunan : Tinggal
Serumah
Ayah klien adalah anak pertama
dari empat bersaudara, ibu klien adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Klien
adalah anak satu-satunya dari keluarga tersebut dan dia tinggal serumah dengan
orang tuanya.
k. type keluarga : keluarga inti
l.
status social
Tn.” S ”. berpenghasilan sekitar Rp. 750.000 Perbulannya. Dan ada Penghasilan
tambahan dari istri yaitu menjual sembako.Tn.” s ” & Ny.”A” Hidup masih berkecukupan
m. Aktifitas
rekreasi keluarga
Keluarga
tidak memiliki waktu untuk rekreasi bersama istri dan anaknya. Hanya Bercocok tanam Di sawahnya, tetapi
hampir setiap hari Keluarga nonton
TV.
II.
Riwayat Tahap Perkembangan
1.
Tahap perkembangan keluarga : keluarga dg anak usia dini
2.
Tahap keluarga yang belum terpenuhi :
tugas keluarga yg belum dapat dicapai saat ini adalah memberi pendidikan
yg baik bagi anak.
3.
Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada penyakit keturunan, bu “ A “ sehat.
4.
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tn” S ” mengatakan anaknya pernah
menderita penyakit ISPA sekitar 6 bulan terakhir.
III.
Keadaan Lingkungan
1.
Karakterisitik rumah :
luas
rumah lebar 6 M , panjang 9 M , terdiri 2 kamar tidur,
WC
nya memanfaatkan ruang belakang , ruang tamu, dan dapur
-
Type bangunan
: lantai dari semen
-
Ventilasi
: ventilasi setiap ruangan, Jendela
kamar ada
-
Kebersihan
ruang
: barang numpuk teratur , masak dengan kompor
-
Sumber air :
sumur bor
|
- Denah rumah
U
2.
Interaksi dengan komunitas
Aktif kumpul di masyarakat
3.
Sistem pendukung keluarga
Yang
merawat An “ J “ hanya istrinya saja, jarak rumah dengan puskesmas 1 KM.
IV.
Struktur Keluarga
1.
Pola Komunikasi Keluarga
Musyawarah,
tapi kadang Tn “ S “ suka marah pada
istrinya jika tidak patuh
2.
Struktur Peran
Tn
“ S ” merasa tetap sebagai kepala
keluarga, Ny” A ” berdagang untuk menopang kekurangan kebutuhan
3.
Norma Keluarga
Menyesuaikan
dengan nilai agama yg dianut dan norma yg ada.
V.
Fungsi Keluarga
1.
Fungsi Afektif
Pak
“ S “ sering menegur anaknya jika diperingatklan ibunya tidak mau, saling
menghormati antar anggota keluarga,
2.
Fungsi Sosial
Keluarga
mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetannggga dan lingkungan Sekitar
, hidup berdampingan dan merasa tentram.
3.
Fungsi Keperawatan Kesehatan
Jika
sakit mencari bantuan ke pelayanan kesehatan terdekat.
4.
Fungsi reproduksi
Masih
ingin punya anak lagi, mengikuti KB, hubungan suami istri masih harmonis.
5.
Fungsi Ekonomi
Penghasilannya
mencukupi.
VI.
Stress
Dan Koping Keluarga
1.
Stressor yang dimiliki
Tidak
ada penyakit yang kronis, hanya ISPA sejak 6 bulan terakhir dan Tn “ S “ tidak
mempunyai penyakit keturunan.
2.
Kemampuan keluarga Berespon terhadap stressor
Tn “ S “ sangat mengharapkan agar anaknya
cepet sembuh, Bekerja lebih giat untuk kebutuhan Keluarga
3.
Strategi Koping yang dilakukan
Keluarga
menerima ini apa adanya dan selalu bermusyawarah untuk pengambilan keputusan
4.
Strategi adaptasi yang disfungsi
Kadang-kadang
Tn “ S “ marah kepada istrinya jika keadaan anaknya kurang baik.
.
VII.
Pemeriksaan fisik
Sasaran
terutama pada yang mempunyai maslah kesehatan (sakit) dengan metode Head to
toe
VIII.
Harapan Keluarga
Berharap
bisa hidup dengan tentram, damai,dan keluarga ingin agar hidupnya selalu sehat.
B.
Diagnosis
Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
Data
(sign- symptom)
|
Masalah
(P)
|
Penyebab
(E)
|
DS
:
-
Tn “ S “ mengatakan anaknya masih terkena
penyakit ISPA sejak 6 bulan terakhir
-
Tn.” S ” Merasa Bosan dengan pengobatan yang terus menerus
DO
:
-
barang bertumpuk-tumpuk
teratur,lantai tehel ,kotor ,sinar matahari kurang masuk melalui
ventilasi,ada debu dll
-
-
Hasil pemeriksaan fisik : TTV
(1).
Suhu : 36,5 0C
(2).
Tekanan Darah :100/60 mmHg
(3).
Nadi : 86 x/menit
(4).
Respirasi : 28 x/menit
|
Resiko
serangan berulang pada An.” “ J ”.
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
|
Lingkungan
Yg tidak adekuat .
Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan
|
2.
Rumusan Diagnosis Keperawatan
1.
Resiko tinggi serangan berulang yang
dialami oleh An “ J “ b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
2. Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif pada An. ” J ” berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dan mengambil
keputusan.
C. Rencana
Asuhan Keperawatan Keluarga
Nama
Klien : An “J”
Alamat
: RT/RW
02/01 Desa Lewintana
Kec. Soromandi
NO
|
TUJUAN
|
KRITERIA
|
STANDAR
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan Tidak terjadi resiko serangan berulang pada An
“ J “ selama di rumah
(boleh
jangka pendek dan jangka panjang )
|
Pengetahuan
Sikap
Psikomotor
|
Pengetahuan:
keluarga
dapat mengetahui apa itu penyakit ISPA
sikap
:
Keluarga
mampu memutuskan u/menyediakan sarana yg aman
psikomotor
:
keluarga
memodifikasi lingkungan sehat
|
1.
Diskusikan tentang penyakit An” J
” pada orang tua
2.
Jelaskan mula datangnya penyakit
pada klien
3.
Ajarkan cara menghindari dari
penyakit
4.
Bersama keluarga kita anjurkan
selalu jaga kesehatan sehingga tidak terjadi resiko serangan berulang pada
keluarga Tn” S ”
|
D. Implementasi
dan evaluasi
Implementasi
Nama
Klien : An “J”
Alamat
: RT/RW
02/01 Desa Lewintana
Kec. Soromandi
Tanggal
dan waktu
|
No
dx
|
Implementasi
|
30 desember 2012
|
I
II
|
1.
Mendiskusikan tentang penyakit
An” J ” pada orang tua
2.
Menjelaskan mula datangnya
penyakit pada klien
1.
Mengajarkan cara menghindari dari
penyakit ISPA
2.
Menganjurkan kepada klien untuk
memelihara lingkungan
3.
Bersama keluarga kita anjurkan
selalu jaga kesehatan sehingga tidak terjadi resiko serangan berulang pada
keluarga Tn” S ”
|
Evaluasi
Tanggal
dan waktu
|
No
dx
|
Evaluasi
|
3 januari 2013
|
I
II
|
S : keluarga
mengatakkan bahwa masih kurang mengerti tentang penyakitnya
O :
lingkungan sekitar rumah sudah tampak bersih
A :
implementasi yang dilaksanakan dengan metode ceramah belum dimengert ioleh
keluarga , perlu metode lain
P.
: berikan pendidikan ulang ,
dengan metode lain
S : keluarga
mengatakkan sudah mengerti tentang cara menghindari penyakit ISPA
O : tampak
rumah terasa nyaman dilihat
A :
implementasi yang dilaksanakan dapat di terima oleh keluarga Tn “S”
P.
: intervensi dihentikan
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil kegiatan PKL (Praktek Komunitas Lapangan) yang telah dilakukan selama 2
minggu baik intervensi fisik maupun non fisik di Desa Lewintana, Kecamatan
Soromandi Kabupaten Bima, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Hasil
observasi telah dilaksanakan untuk merencanakan program kerja
2.
Intervensi
yang dilakukan yaitu:
1) Intervensi Non Fisik
a. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di masing-masing rumah.
b. Penyuluhan tentang manfaat TOGA
(Tanaman Obat Keluarga).
2) Intervensi Fisik
a. Pemeriksaan Kesehatan dan pengobatan
gratis.
b. Penanaman Tanaman Obat Keluarga
(TOGA)
c. Pembuatan tong sampah masing-masing
RT
d. Gotong royong setiap hari jum’at
e. Melakukan pemghijauan
f. Membuat papan nama ketua RT, RW, dan
Kepala Dusun.
3.
Program
kerja terlaksana 100 % yaitu 2 program intervensi non fisik dan 6 program fisik
B. Saran
Ada
beberapa hal yang kami sarankan berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan PKL di
Desa Lewintana, yaitu :
1. Perlu adanya intervensi yang
berkelanjutan untuk dapat mengembangkan Desa Lewintana "Desa Menuju
Sehat" menjadi "Desa Sehat” dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2015.
2. Perlu ditingkatkan peran serta aktif
masyarakat serta organisasi kemasyarakatan yang ada di Desa Lewintana dalam
pelaksanaan program kesehatan.
3. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten
Bima agar lebih aktif dalam memantau
jalannya program kerja kesehatan di masyarakat dan selalu memperbaharui data
kesehatan masyarakat yang dimiliki, agar setiap program kerja yang dibuat
relevan dengan masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat.
4. Petugas puskesmas utamanya petugas
kesehatan lingkungan harus lebih aktif menanggulangi masalah-masalah kesehatan,
seperti masalah air bersih, SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), tempat
sampah, dan lain-lain.
5. Pemerintah desa lebih peka dalam
menanggapi keluhan-keluhan masyarakat, baik mengenai masalah kesehatan maupun
masalah-masalah lainnya.
6. Untuk seluruh komponen masyarakat Desa
Lewintana agar lebih memperhatikan kesehatan, baik kesehatan diri, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar